Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar yang dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mujiono (1996:7) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinyaproses belajar. Tiap ahli psikologi memberi batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar. Adanya perbedaan sudut pandang tentang proses belajar maka teori belajar dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Teori Behaviorisme, yang menekankan pada "hasil" dari proses belajar.
Tokoh yang berperan yaitu : E.L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, John B.
Watson, Edwin R. Guthrie, Clark Hull, B.F. Skinner, Robert Gagne, Albert Bandura.
2. Teori Kognitivisme, menekankan pada "proses" belajar.
Tokoh yang berperan yaitu: Piaget, Ausubel, Brunner dan Gagne.
3. Teori Humanistik, menekankan pada "isi' atau "apa yang dipelajari".
Tokoh yang berperan, Kolb, Honey dan Mumford, Habermas dan Lev Vigotsky.
4. Teori Sibernitik, menekankan pada "sistem informasi" dari yang dipelajari.
Tokoh yang berperan : Landa, Pask dan Scott.
Pada pembahasan dalam makalah ini akan dikhususkan pada teori belajar sosial (Bandura) yang termasuk dalam kelompok behaviorisme.
Pengertian tentang Behaviorisme
Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.
Behaviorisme tidak bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Disini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar.
Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu. Response tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar. S singkatan dari Stimulus, dan R singkatan dari Respons.Pada umumnya teori belajar yang termasuk kedalam keluarga besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang netra-pasif-reaktif terhadap stimuli disekitar lingkungannya. Orang akan bereaksi jika diberi rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat berubahnya perilaku individu. Misalnya dalam hal kepercayaan sebagian masyarakat tentang obat-obatan yang diiklankan oleh televisi. Mereka sudah tahu dan terbiasa menggunakan obat-obat tertentu yang secara gencar ditayangkan media televisi. Jika orang sakit maag, maka obatnya dalah promag, waisan, mylanta, ataupun obat-obat lain yang sering diiklankan televisi. Jenis obat lain tidak pernah digunakan untuk penyakit maag tadi, padahal mungkin saja secara higienis obat yang tidak tertampilkan, lebih manjur, misalnya. Syarat terjadinya prose belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur: dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement).
Unsur yang pertama, dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan tersedianya sejumlah uang untuk membeli buku bacaan tertentu, maka ia terdorong untuk membelinya dengan cara meminta uang kepad ibu atau bapaknya. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang, meskipun kadarnya tidak sama, ada yang kuat menggebu, ada yang lemah tidak terlalu perduli akan terpenuhi atau tidaknya.
Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri individu, dan tentu saja berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Contoh rangsangan antara lain adalah bau masakan yang lezat, rayuan gombal, dan bahkan bisa juga penampilan gadis cantik dengan bikininya yang ketat.
Dari adanya rangsangan atau stimulus ini maka timbul reaksi di pihak sasaran. Bentuk reaksi ini bisa bermacam-macam, bergantung pada situasi, kondisi dan bahkan bentuk dari rangsangan tadi. Reaksi-reaksi dari seseorang akibat dari adanya rangsangan dari luar inilah yang disebut dengan respons dalam dunia teori belajar ini. Respons ini bisa diamati dari luar. Respons ada yang positif dan ada pula yang negatif. Yang positif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang melakukan respons terhadap stimulus yang ada dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan.
Unsur yang keempat adalah masalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar, ditujukan kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons telah benar, maka akan diberi penguatan agar individu tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil yang sedang mencoreti buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar oleh kakaknya, maka ia bisa terkejut dan bahkan bisa menderita guncangan sehingga berakibat buruk pada anak tadi. Memang anak tadi tidak mencoreti buku lagi, namun akibat yang paling buruk dikemudian hari adalah bisa menjadi trauma untuk mencoreti buku karena takut bentakan. Bahkan yang lebih dikhawatirkan lagi akibatnya adalah jika ia tidak mau bermain dengan buku lagi atau alat tulis lainnya. Itu penguatan yang salah dari seorang kakak terhadap adiknya yang masih kecil ketika sedang mau memulai menulis buku. Barangkali akan lebih baik jika kakaknya tadi tidak dengan cara membentak kasar, akan tetapi dengan bicara yang halus sambil membawa alat tulis lain berupa selembar kertas kosong sebagai penggantinya. Misalnya, "Bagus!, coba kalau menggambarnya ditempat ini, pasti lebih bagus". Dengan penguatan seperti itu , sang anak tidak merasa dilarang menulis. Hal inilah yang disebut penguatan positif. Contoh penguatan posistif lagi, setiap anak mendapat ranking bagus disekolahnya, orang tuanya memberi hadiah berwisata ke tempat-tempat tertentu yang menarik, atau setidaknya dipuji oleh orang tuanya, maka anak akan berusaha untuk mempertahankan rankingnya tadi pada masa yang akan datang. Ada tiga kelompok model belajar yang sesuai dengan teori belajar behaviorisme ini, yaitu yang menurut namanya disebut sebagai hubungan Stimulus-Respons (S-R bond), pembiasan tanpa penguiatan (Conditioning with no Reinforcement), dan pembiasaan dengan penguatan (Conditioning through Reinforcement). Ada satu lagi teori yang masih menganut paham behaviorisme ini adalah teori belajar sosial dari Bandura.
1. Teori Behaviorisme, yang menekankan pada "hasil" dari proses belajar.
Tokoh yang berperan yaitu : E.L. Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, John B.
Watson, Edwin R. Guthrie, Clark Hull, B.F. Skinner, Robert Gagne, Albert Bandura.
2. Teori Kognitivisme, menekankan pada "proses" belajar.
Tokoh yang berperan yaitu: Piaget, Ausubel, Brunner dan Gagne.
3. Teori Humanistik, menekankan pada "isi' atau "apa yang dipelajari".
Tokoh yang berperan, Kolb, Honey dan Mumford, Habermas dan Lev Vigotsky.
4. Teori Sibernitik, menekankan pada "sistem informasi" dari yang dipelajari.
Tokoh yang berperan : Landa, Pask dan Scott.
Pada pembahasan dalam makalah ini akan dikhususkan pada teori belajar sosial (Bandura) yang termasuk dalam kelompok behaviorisme.
Pengertian tentang Behaviorisme
Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.
Behaviorisme tidak bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Disini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar.
Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu. Response tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari luar. S singkatan dari Stimulus, dan R singkatan dari Respons.Pada umumnya teori belajar yang termasuk kedalam keluarga besar behaviorisme memandang manusia sebagai organisme yang netra-pasif-reaktif terhadap stimuli disekitar lingkungannya. Orang akan bereaksi jika diberi rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus dilakukan secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat berubahnya perilaku individu. Misalnya dalam hal kepercayaan sebagian masyarakat tentang obat-obatan yang diiklankan oleh televisi. Mereka sudah tahu dan terbiasa menggunakan obat-obat tertentu yang secara gencar ditayangkan media televisi. Jika orang sakit maag, maka obatnya dalah promag, waisan, mylanta, ataupun obat-obat lain yang sering diiklankan televisi. Jenis obat lain tidak pernah digunakan untuk penyakit maag tadi, padahal mungkin saja secara higienis obat yang tidak tertampilkan, lebih manjur, misalnya. Syarat terjadinya prose belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur: dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement).
Unsur yang pertama, dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan tersedianya sejumlah uang untuk membeli buku bacaan tertentu, maka ia terdorong untuk membelinya dengan cara meminta uang kepad ibu atau bapaknya. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang, meskipun kadarnya tidak sama, ada yang kuat menggebu, ada yang lemah tidak terlalu perduli akan terpenuhi atau tidaknya.
Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri individu, dan tentu saja berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Contoh rangsangan antara lain adalah bau masakan yang lezat, rayuan gombal, dan bahkan bisa juga penampilan gadis cantik dengan bikininya yang ketat.
Dari adanya rangsangan atau stimulus ini maka timbul reaksi di pihak sasaran. Bentuk reaksi ini bisa bermacam-macam, bergantung pada situasi, kondisi dan bahkan bentuk dari rangsangan tadi. Reaksi-reaksi dari seseorang akibat dari adanya rangsangan dari luar inilah yang disebut dengan respons dalam dunia teori belajar ini. Respons ini bisa diamati dari luar. Respons ada yang positif dan ada pula yang negatif. Yang positif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang melakukan respons terhadap stimulus yang ada dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan.
Unsur yang keempat adalah masalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar, ditujukan kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons telah benar, maka akan diberi penguatan agar individu tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil yang sedang mencoreti buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar oleh kakaknya, maka ia bisa terkejut dan bahkan bisa menderita guncangan sehingga berakibat buruk pada anak tadi. Memang anak tadi tidak mencoreti buku lagi, namun akibat yang paling buruk dikemudian hari adalah bisa menjadi trauma untuk mencoreti buku karena takut bentakan. Bahkan yang lebih dikhawatirkan lagi akibatnya adalah jika ia tidak mau bermain dengan buku lagi atau alat tulis lainnya. Itu penguatan yang salah dari seorang kakak terhadap adiknya yang masih kecil ketika sedang mau memulai menulis buku. Barangkali akan lebih baik jika kakaknya tadi tidak dengan cara membentak kasar, akan tetapi dengan bicara yang halus sambil membawa alat tulis lain berupa selembar kertas kosong sebagai penggantinya. Misalnya, "Bagus!, coba kalau menggambarnya ditempat ini, pasti lebih bagus". Dengan penguatan seperti itu , sang anak tidak merasa dilarang menulis. Hal inilah yang disebut penguatan positif. Contoh penguatan posistif lagi, setiap anak mendapat ranking bagus disekolahnya, orang tuanya memberi hadiah berwisata ke tempat-tempat tertentu yang menarik, atau setidaknya dipuji oleh orang tuanya, maka anak akan berusaha untuk mempertahankan rankingnya tadi pada masa yang akan datang. Ada tiga kelompok model belajar yang sesuai dengan teori belajar behaviorisme ini, yaitu yang menurut namanya disebut sebagai hubungan Stimulus-Respons (S-R bond), pembiasan tanpa penguiatan (Conditioning with no Reinforcement), dan pembiasaan dengan penguatan (Conditioning through Reinforcement). Ada satu lagi teori yang masih menganut paham behaviorisme ini adalah teori belajar sosial dari Bandura.
1 comment:
sorry sebelumnya mas...
aku sdg mnyusun skripsi, salah satu teori yang dperlukan adl teori belajar sosial ini..
kalo blh tau, referensi bukunya syapa yah? aku kurang tau, krna bkan fk. psikologi
thanx before mas... :)
Post a Comment